Thursday, February 21, 2008

Capekkk Dehhhh....

Seorang ayah kebingungan ketika anaknya meminta mainan kepadanya. Pasalnya permintaan anak ini tidaklah jelas. Ketika si ayah bertanya mainan jenis apa yang diinginkan oleh anaknya itu, si anak menjawab bahwa ia ingin mainan yang sesuai kehendak ayahnya.

Tentulah bingung si ayah, sebab ia bukanlah anak-anak lagi, mainan jamanya kecil dan jaman anaknya sudah berbeda. Masa mau dibelikan gangsing lagi, padahal jaman sekarang sudah banyak permainan elektronik. Si ayah akhirnya mengajak anaknya ke toko mainan yang besar dan lengkap, agar anaknya dapat memilih sendiri.

Di dalam toko mainan itu, si ayah mengajak anaknya melihat berbagai mainan. Tetapi si anak tidak juga memilih, dari satu bagian ke bagian lain di toko tersebut mereka berjalan. Si anak hanya melihat-lihat berbagai mainan, mencobanya sesaat, lalu berpindah lagi ke bagian lain.

Setelah beberapa lama berkeliling toko, si ayah kelelahan dan makin tambah bingung. Mereka berhenti sesaat dan beristirahat. Ayahnya kembali bertanya, “Mau mainan yang mana nak??”

Si anak menjawab bahwa “Yang berkenan bagi ayah, yang sesuai kehendak ayah dan yang cocok denganku.”

Bertambah pusinglah si ayah, yang sesuai dengan kehendaknya tetapi cocok dengan anaknya. “Mainan macam apa itu???”, pikirnya dalam hati.

Akhirnya karena hari sudah sore, si ayah membelikan sebuah boneka untuk anaknya, yang kebetulan adalah seorang putri. Anaknya senang sekali mendapat boneka tersebut, tetapi ini tidak berlangsung lama. Selama dalam perjalanan pulang si anak memainkan boneka tersebut. Tetapi setelah lama bermain dengan boneka itu, ia merasa bosan. Ia bertanya dalam hati, “ Kenapa Ayah memberikan mainan seperti ini kepadaku ya?? Rasanya tidak cocok”

Setelah sampai di rumah, anak tersebut mengutarakan perasaanya tersebut. Mendengar pernyataan anaknya, si ayah bertanya “Jadi mainan seperti apa yang kamu kehendaki.??”

Dan kembali si anak menjawab, “Yang berkenan bagi ayah, yang sesuai kehendak ayah dan yang cocok denganku.”

Mendengar jawaban tersebut, si ayah memegang kepalanya dan berkata “Capeekkkk dehhh…

Kisah di atas adalah ilustrasi dari apa yang mungkin terjadi pada sebagian kita. Kita meminta sesuatu kepada Tuhan tetapi tidak jelas apa yang diminta. Isi doa dan harapan kita seperti permintaan anak tersebut kepada ayahnya “Yang berkenan bagi Mu, yang sesuai kehendak Mu dan yang cocok denganku.”

Permintaan yang menunjukkan penyerahan total kepada keinginan-Nya, tetapi tidak menunjukkan dengan spesifik bentuk kongkret dari keinginan tersebut. Sebenarnya tidak bermasalah sih, tetapi bila kita berlaku seperti anak dalam kisah di atas. Ketika diberi, tetapi tidak mensyukuri, dan ketika ditanya kembali tetap dengan jawaban yang sama. Maka Tuhan mungkin berkata dari atas sanaCapekkk dehhh..

Ada tertulis “Mintalah maka akan diberikan kepadamu”. Diberi tidak diberi tetap keputusan Sang Pemberi. Tetapi paling tidak sebelum kita meminta, kita jelas dengan permintaan tersebut. Ketika dipenuhi maka kita mensyukuri, bila tidak dipenuhi kita tetap mensyukuri.

Regards,

Ben

Thursday, December 20, 2007

Dua Sisi mata Uang

Baru-baru ini penulis berkesempatan untuk bertemu langsung dengan seorang teman yang penulis kenal melalui dunia maya (istilah kerennyakopi darat”). Setelah berjumpa beberapa kali, si teman ini menyatakan bahwa ia seakan berkomunikasi dengan dua pribadi yang berbeda, pribadi aktual yang dijumpainya dalam dunia nyata dan pribadi lain yang dikenalnya melalui email.


Pernyataan ini sebenarnya tidak baru didengar oleh penulis, beberapa teman penulis lainnya pun menyatakan demikian (lihat posting “Nasib Sebagai Introvert”). Yang baru adalah ini dinyatakan oleh teman yang baru penulis kenal.


Penulis bertanya pribadi mana yang menarik, dan jawabnya adalah pribadi yang dikenalnya di dunia maya (kasian deh gue, ternyata gue gak menarik secara nyata….he3x). Kemudian penulis bertanya lagi menurutnya pribadi mana yang benar-benar pribadi penulis, dan ia mengatakan pribadi yang dijumpainya di dunia nyata (dituduh penipu oh noo…).


Untuk jawaban terakhir, penulis tidak sependapat dengan teman tersebut. Penulis tidaklah berusaha menipu siapapun di dunia maya, tidak berusaha berpura-pura atau menyembunyikan sesuatu. Kedua pribadi tersebut adalah bagian dari diri penulis. Bila pembaca sekalian pernah membaca cerita “Dr. Jeckyl and Mr.Hyde”, atau bagi para teman-teman Kristen yang mengimani “Tri-Tunggal”, atau konsep “Yin-Yang” dalam Taoisme, maka sebenarnya hal demikian dapat dimengerti. Kedua pribadi tersebut manifestasi dari usaha penulis beradaptasi dengan lingkungan. Seperti layaknya binatang amfibi yang bernafas dengan insang ketika di air, lalu dengan paru-paru ketika di darat (gue kodok donk…...he3x).


Seperti tulisan sebelumnya, “Nasib sebagai Introvert”, penulis adalah seorang introvert yang menemukan kebebasan di dunia maya. But for real, I am an introvert born to be. Dunia maya telah membentuk pribadi penulis secara berbeda dengan dunia nyata membentuknya, so jadilah demikian.

Bila ada yang meminta penulis untuk memilih salah satu diantara kedua pribadi terebut, maka penulis tidak akan melakukannya. Kedua pribadi tersebut adalah jati diri penulis sebenarnya, it is mine, it is me. Seperti dua sisi mata uang, bila salah satu hilang maka keping uang tersebut tidak akan mempunyai nilai. Kedua sisi mata uang tersebut harus ada dan nampak untuk membuat keping tersebut berharga.


Dan melalui tulisan ini penulis menghimbau bagi teman-teman yang sedang berteman di dunia maya, kopi darat donk….supaya tau sisi lain dari keping uang itu…kalo kelihatan juga gak apa2…so what gitu lho…he3x

Sunday, February 25, 2007

Love or Commitment

Which one will you prefer to start a relationship, loving someone or ready to commit to someone? If you ask me, I will prefer the second option. Why?? Well in my opinion a person will only have true love only for them self, their bloods and of course their best friend.

So, if a couple start their relationship just because of the L-word and leave the C-word behind, 90 % of that relationship will end. Many example of this, and the excuses are: “I don’t love you any more”, “We didn’t match”, “I found someone else”, “He/She love me more than you”, “You’re change”, etc. I believe the essence of all the sentences that people made to break up is “I love my self”. People do get bored you know.

Did you notice that women spend many times looking at her self in the mirror and it took probably many pair of shoes to try on before they decide to buy only one pair. After that by the end of year they decide to buy another shoe to replace the old one, although the shoe are in fine condition.



And men, well I don’t have to explain my species. We like to change television channel so much, from one station to another, but in the end we just shutdown the TV and went to bed. And men prefer the word “I” better than “We”, “Me” instead of “Us” (read these article carefully and count the “I” word).

So how can these two species be involve in long term relationship, while both of them share the same interest “loving them self”, and got the same common habit “get bored”. Does L-word cover it all??? I don’t think so. If you want to have long-term relationship, you definitely need to be committed.

I’m not suggesting having a relationship just by the C-word only, because if you do that, it’s going to be empty. Last long probably, but it got no meaning.

Both of L-word and C-word must exist in a relationship. Love will start it all, and Commitment will make it stay alive. So last question, which do you prefer to start a long-term relationship? Well, I’m going to say “Loving someone so much so I’ll be ready to make commitment with her”.

You will notice that last question had “long-term” phrase, while the first has not. That because it is a different question with different answer for different people…he3x

Thursday, September 07, 2006

Nasib sebagai Introvert

Menjadi seorang introvert bukanlah sebuah pilihan hidup. Bahkan seorang introvert sering tidak sadar akan jati dirinya. Penulis sendiri baru mengetahui mempunyai karakteristik seorang Introvert ketika mengalami tiga kali tes potensi diri di LIPI. Mengetahui jati diri merupakan pencerahan bagi mereka yang mau menerima keyataan. Tetapi bagi yang tidak, maka pengetahuan itu merupakan kutukan......"Whyy me...."

Menjadi introvert memang tidak seburuk menjadi pecandu narkoba, atau penderita aids, atau homoseksual. Bahkan menurut psikolog, para introvert mempunyai kelebihan tertentu dibanding extrovert. Ciri khas seorang introvert adalah "ketertutupannya" terhadap dunia luar. Ketertutupan ini menyebabkan ia kadang tersisih di pergaulan dunia nyata. Punya banyak kenalan tetapi sedikit sekali teman dekat. Bahkan ada yang hanya mempunyai sedikit kenalan.


Terlebih bila berkaitan dengan pergaulan dengan lawan jenis, introvert bukanlah jagonya.......bila ada seorang lawan jenis yang menarik....paling cuma bisa melihat saja....lidah terasa kaku, pikiran berputar keras bagaimana menghadapi hal ini, hati berdegup keras membuat otak semakin bekerja lebih keras.........kasian dehhh introvert.

Tapi ini kan di dunia nyata....kalo di dunia maya bagaimana??? ternyata tidak seburuk yang disangka....introvert dapat mengekspose dirinya (tidak semua introvert lho), bahkan ada salah satu teman introvert penulis yang bertekad untuk menjadi "Raja di Dunia Maya".


Dunia maya merupakan dunia dimana komunikasi berlangsung secara tulisan, dan para introvert mempunyai kelebihan dalam komunikasi semacam ini. Sehingga dunia maya memberikan sebuah "pelampiasan" bagi para introvert yang jiwanya terkurung oleh jati dirinya sendiri. Dunia ini membuat introvert dapat menjadi "ekstrovert maya".

Ketika penulis menemukan "pelampiasan" ini, banyak teman yang menyangka bahwa penulis telah berubah, bahkan ada yang menuduh bahwa penulis berkepribadian ganda. Tapi penulis tetaplah penulis yang dulu, tidak ada yang berubah di dalam diri ini, kecuali bahwa penulis telah menemukan cara untuk melampiaskan jiwa yang telah lama terkurung. Thanks for virtual world, i'm now a free soul.......


Di dunia nyata, penulis tetaplah seorang introvert, tetapi berbeda dengan yang dulu, sekarang penulis sadar akan jati diri itu dan menerimanya dengan bangga (gile jadi introvert aja bangga......apa yang mo dibanggain). Harapan penulis adalah menjadi seorang introvert yang berguna bagi orang sekitar, dengan kelebihan dan kekurangan yang saya miliki.

Menjadi introvert memang bukan pilihan, tetapi memutuskan untuk menerima atau menolaknya adalah pilihan yang harus kita buat. Pilihan yang harus dijalani dengan segala konsekuensinya.

NB : Tulisan ini dedikasikan kepada teman-teman semua yang pernah mengenal penulis dengan baik, baik yang introvert maupun ekstrovert.






Tuesday, July 25, 2006

Superhero Yatim Piatu

Anak yatim piatu punya potensi besar menjadi superhero, paling tidak menurut beberapa penulis komik terkenal di dunia. Superman adalah seorang anak yatim piatu yang dipungut oleh sebuah keluarga yang tak beranak. Batman, sejak kecil ditinggal mati oleh ayah ibunya dan dirawat oleh pelayan keluarganya. Robin dan Spiderman juga anak yatim piatu.

Menjalani kehidupan sebagai anak yatim membuat mereka tidak tumbuh seperti layaknya anak normal. Ketika remaja, Clark Kent sadar bahwa dirinya berbeda dari keluarganya, lingkungannya bahkan dunia yang ditinggalinya. Ia menjadi seorang yang minder, bahkan untuk menyatakan cinta kepada rekan sekantornya ia tidak berani. Ia menggunakan potensi-potensi yang ada di dalam dirinya secara sembunyi-sembunyi. Menyamar dengan memakai nama Superman, memakai celana dalam, pakaian balet dan jubah yang norak, untuk menghindari kenyataan bahwa ia adalah Clark Kent yang pemalu.


Menjadi pemalu dengan wanita bukalah menjadi milik paten Superman. Spiderman adalah contoh kedua superhero yatim yang minder dengan wanita. Padahal ia adalah seorang ilmuwan muda yang jenius dengan kreatifitas tinggi.




Lain halnya dengan Bruce Wayne, ia adalah seorang milyuner yang tidak tahu bagaimana menggunakan uangnya untuk melawan kejahatan. Dengan kekayaanya, dia bisa saja menyumbang ke kepolisian kota Gotham untuk kesejahteraan anggota dan perlengkapan kepolisian. Nggak harus memakai jubah hitam, topeng kelelawar, dan sekali lagi jubah yang norak, kemudian melompat dari gedung ke gedung kan!!! Padahal terbang saja tidak bisa.

Mungkin Batman ingin membunuh dirinya sendiri dengan melakukan kegiatan-kegiatan yang beresiko tinggi. Maklumlah, ia melihat langsung kedua orang tuanya dibunuh. Tumbuh dengan kenangan yang demikian pahit, merasa sendirian tanpa harapan akan kehidupan keluarga yang normal, membuatnya memiliki keberanian untuk menghadapi kematian. Karena ia merasa jiwanya sudah mati ketika melihat orang tuanya dibantai, poor Batman.

Sebagaimanpun abnormalnya profil psikologis para superhero yatim piatu. Mereka adalah pahlawan-pahlawan yang menggunakan potensi dirinya secara maksimum demi kebaikan dunia, walaupun hanya di dalam komik dan dengan cara yang agak aneh. Jadi bila Anda melihat seorang anak yatim piatu, lihatlah wajahnya baik-baik, sebab mungkin saja ia akan menjadi superhero dunia.

Sunday, November 27, 2005

Hidup adalah memilih

Memulai kehidupan adalah sebuah pilihan, menjalaninya adalah konsekuensi, sedangkan mengakhirinya adalah kewajiban.

Kehidupan dimulai dengan sebuah pilihan. Walaupun bukan pilihan orang yang akan menjalaninya, tetapi tetap melalui sebuah pilihan. Ketika seorang laki2 memilih untuk meminang seorang wanita, atau ketika ia memilih untuk membuahi seorang wanita. Atau seorang wanita yang memilih menerima tawaran seorang laki2, atau ketika ia menyerahkan tubuhnya kepada seorang pria. Bahkan seorang pemerkosa pun "memilih" korbannya.

Tapi tidak ada seorang manusiapun di dunia ini memilih untuk memulai kehidupannya sendiri. Dimana ia akan dilahirkan, dari siapa ia diberanakan, siapa orang tuanya, apa etnisnya. Hingga ketika ia sadar bahwa ia hidup, ia hanya dapat menjalaninya.

Wednesday, June 22, 2005

If we could exchange our eyes


I some time think, what if we could exchange our eyes. Your eyes for me, and my eyes for you. Is it possible that we will look the world differently? We will look the color and shape of the world from another person eyes. To learn how their eyes give information about the surrounding to their head.

My professor once told me that eyes also an instrument. It's like a multimeter (device that measures electrical current, resistance and voltage), if i have two different multimeter and use them to measure a single resistor. Than it's by practice, both of the instruments would show different value. Although the is the same Resistor. The two instruments look at the same resistor with different point of view.

An eyes also an instrument, it measures colors and shapes. When light (which an electromagnetic wave) hit an object, the light being reflected by an object toward our eyes. Then the eyes measure the incoming light wave. And just like other instrument, although measure the same object, both give different value.

So it is possible that we see the color of an object differently. Although it the same object. If we exchange our eyes, I will see the color of the world from your perspective, and you will see my point of view. So let’s trade, an eyes for an eyes.